Retno Sawitri, THL-TBPP Lampung Tengah: Dari pada Ngerumpi, Ajak Emak-emak Manfaatkan Pekarangan




Lampung Tengah---Kampung Liman Benawi di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah memang berbeda dengan kampung-kampung lainnya. Hampir sebagian besar pekarangan warganya tumbuh sayuran.

Bertugas di Kampung Liman Benawi, Retno merasa tergugah hatinya melihat kaum ibu rumah tangga yang umumnya keluarga petani yang mempunyai banyak waktu luang dan cenderung tidak produktif.

emua itu tak lepas dari buah tangan kalangan ibu rumah tangga (emak-emak) yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Pertani. Namun di balik itu semua ada tangan dingin seorang penyuluh yang masih berstatus Tenaga Haria Lepas Penyuluh Pertanian (THL-TBPP).

Ia seorang ibu rumah tangga juga namanya, Retno Sawitri. Bertugas di Kampung Liman Benawi, Retno merasa tergugah hatinya melihat kaum ibu rumah tangga yang umumnya keluarga petani yang mempunyai banyak waktu luang dan cenderung tidak produktif. 

Dengan latar belakang itu, Retno yang alumni Fakultas Pertanian Universitas Negeri Lampung itu pun mengajak ibu rumah tangga memanfaatkan pekarangan rumah. “Saya tawarkan ke mereka bentuk kWT. Awalnya hanya 12 orang yang mau ikut. Kelompok itu bergeraknya dalam memanfaatkan pekarangan dan olahan pangan,” katanya.

Akhirnya disetujui pada 9 Nopember 2012 dibentuk KWT yang diberi nama Bina Pertani. Karena SDM ibu rumah tangga itu pada dasarnya sudah terbiasa dalam mengolah tanam, termasuk sayuran, Retno kemudian mencoba mengajak mereka memanfaatkan pekarangan untuk menanam sayuran.

Karena kondisi lahan pekarangan tiap rumah tangga tidak luas, penanaman tidak secara hamparan, tapi dengan media polybag. Untuk mendapatkan benih ke-12 ibu rumah tangga tersebut, Retno pun mengajak berpatungan masing-masing Rp10 ribu/orang. Akhirnya terkumpul Rp 120 ribu.

“Dengan modal itu, kita menfaatkan membeli benih. Sedangkan polybagnya dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumah,” ujarnya. Jadi Retno mengaku, tujuan awal membuat KWT adalah memanfaatkan pekarangan agar lebih produktif untuk keluarga, sehingga dengan kegiatan itu sayuran tidak beli lagi.

Budidaya Sayuran Sehat

Namun Retno mengajarkan petani bahwa dalam kegiatan menanam sayuran di pekarangan itu tidak menggunakan bahan (pestisida) kimia. Artinya memanfaatkan segala bahan baku yang ada di masing-masing keluarga. “Setelah berjalan waktu, sekitar hampir satu tahun, banyak tetangga yang mulai tertarik ternyata ikut KWT itu menyenangkan,” ujarnya.

Menurut Retno, banyak ibu rumah tangga yang mulai tertarik, karena melihat bahwa dengan memanfaatkan pekarangan lahan menjadi tertata, rapi dan terawat, bahkan sayuran juga menjadi tidak beli lagi. “Dengan senang hati kami menerima. Jika pada tahun pertama hanya 25 orang, sekarang sudah sebanyak 45 orang,” katanya.

Untuk memudahkan pembinaan Retno membuat dua KWT di Kampung Liman Benawi yakni KWT Bina Pertani 1 dan Bina Pertani 2. Sebagai pembina KWT, Retno juga menerapkan ketetapkan hal yang sama bagi yang baru bergabung di KWT yakni membayar iuran sebesar Rp 10 ribu/keluarga.

Untuk kebersamaan, Retno mengungkapkan, dirinya mengadakan arisan dengan tujuan mengikat agar ibu-ibu dalam pertemuan rutin. Bahkan ada buku tabungan dan mengadakan simpan-pinjam. “Selama 1,5 tahun, program KWT konsisten hanya melaksanakan kegiatan memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayuran untuk mengisi waktu luang,” ujarnya.

Namun pada tahun kelima, dengan makin berkembangnya usaha dan kebutuhan sendiri (keluarga) sudah tercukupi akhirnya, Retno mulai berpikir bahwa pemanfaatan pekarangan juga bisa memberikan tambahan pendapatan. Bahkan tahun kelima menjadi titik balik perubahan kaum ibu di Kampung Liman Benawi

Kegiatan KWT Bina Pertanian mulai dikenal banyak orang, bukan hanya di tingkat kecamatan, tapi juga Lampung Tengah. Pemerintah Daerah pun mulai memperhatikan keberadaan KWT. Apalagi kegiatan ibu-ibu tersebut menjadi salah satu upaya membangun lumbung pangan keluarga. Bahkan kunjungan ke Kampung Liman Benawi pun makin banyak.

“Sejak itu kita mulai menata kembali bukan sekedar tanam sayuran. Bahkan KWT mulai berpikir untuk membuat wisata agro sayuran di Kampung Liman Benawi,” ujarnya. Anggota KWT Bina Pertani pun kini tak sekedar memproduksi sayuran segar, tapi juga dalam bentuk olahan seperti jus pokcoy dan produk olahan lainnya.

Salah satu prinsip yang coba Retno ingatkan kepada KWT adalah jangan mengandalkan bantuan. Tapi buktikan bahwa ibu rumah tangga pun bisa membangun ketahanan pangan di tingkat keluarga.


Share :